Aku membenci setia.
Tiga kali setia, dan tiga kali dikhianati. Tahukah bagaimana rasanya? Entah... aku pun tidak bisa menjelaskannya. Pandangan kosong dengan mata yang sama sekali tidak bisa bergerak. Sesekali mengeluarkan buliran air mata, tanpa diseka.
Aku benci setia.
Saat berbulan bulan menunggu kabarnya, memimpikan setiap momen indah yang akan kami lalui. Membayangkan betapa bahagianya pada saat bertemu nanti. Setiap hari kutuliskan surat tanda kesetiaan yang tak pernah aku kirim. Aku hanya menuliskan lalu menyimpan dalam lembaran buku yang setiap.hari kian menebal.
Lalu ketika hari datang, aku bertemu dengannya. Tahu bagaimana bahagiaku? Kalau sudah pernah bertemu kekasih setelah LDR pasti tahu persis rasanya. Ingin tersenyum terus, bahagia dan semuanya terasa indah. Tidak ada keluhan!
Perbincanganku dengannya terhenti. Lalu dia menatapku dengan sendu. Aku terhenyak.
"Sayang, aku minta maaf ya."
"Emang kenapa?"
"Aku nggak tega kalau.lihat kamu begini."
Aku hanya terdiam dan semakin kebingungan.
Wajahnya semakin redup dan menunduk. Tangan kanannya meraih rambutku dan membelainya dengan penuh kasih.
Maksudnya apa sih, aku kan nggak punya penyakit apa apa.
"Aku punya pacar lagi."
"Maksud kamu?" Dengan sigap tanganku menyingkirkan lengannya yang kekat itu.
"Maafin aku, tapi aku nggak mau terus terusan bohongi kamu. Aku nggak tega, kamu setia dan tulus sementara aku punya kekasih lagi."
"Kamu becanda kan?"
Lalu dia sodorkan hp nya dan memperlihatkan foto pacarnya yang baru.
Dia bilang, awalnya dia ingin setia bersamaku. Tapi ternyata dia nggak bisa hidup tanpa pacar dan nggak bisa LDR. Pada akhirnya dia memutuskan untuk SELINGKUH.
Malam itu aku menangis sesenggukan hingga pagi. Aku merasa dunia ini telah hancur. Semua yang kukorbankan sia sia. Setia hanya akan membawa luka. Aku tak pernah dapat keindahan dari sebuah kesetiaan. Aku benci setia. aku benci!!!
Mamuju utara, 28 juli 2017
S laila syabaniyah
Jumat, 28 Juli 2017
Sabtu, 08 Juli 2017
Diusik Masa Lalu
Seperti biasanya, banyak notifikasi dari Wa, line, facebook, telegram, ig, email, dan medsos lain. Maklum, belakangan aku aktif di semua medsos dan sering mengikuti kegiatan online yang berbau kepenulisan. Tapi lebih sering nyetatus sih, hehe
Hari itu mataku terbelalak melihat pesan yang tidak diketahui nama pengirimnya. Iya, nomor baru. Penasaran aku membukanya dan membaca dengan hati -hati. Oh, isinya permohonan maaf ala lebaran. Ehemm,maklum masih bau-bau idul fitri. Tapi yang membuatku kaget adalah nama di bawah tulisan. "Furqan "
Lima tahun telah berlalu,namun rasa kecewa mendalam masih dengan santainya bertengger di tangkai hati. Iya, kecewa itu aku buat sendiri. Dia memang tidak pernah bermaksud mengecewakanku, hanya saja sikapnya yang tak bisa menyesuaikan dengan kondisi.
Tapi layaknya artis profesional aku menjawab pesan itu
[30/6 17.44] Laila: Eh mas Furqan,sami2.
Minna waminkum taqobbal yaa kariim
[30/6 17.45] Laila: Kembali ke fitrah, maafkan semua salahku yaa.
Begitu juga salah yang tak disengaja njenengan lakukan, telah aku maafkan 🙏🏼
Woww aku menjadi sok bijak. Tapi memang itu yang harus kulalukan. Memaafkan sesiapapun yang meminta maaf, juga yang salah dan tak meminta maaf. Semua dimaafkan. Karena aku sadar, ketika memaafkan, mata semakin terbuka. Kita jadi lebih menyadari kebenaran yang sesungguhnya.
Aku adalah tipe orang yang suka berterus terang. Tak suka menyembunyikan perasaan, atau basa -basi memberi kode. Aku selalu bilang tak suka jika tak suka. Menyampaikan pendapat jika aku keberatan dengan pendapat orang lain. Selalu nyeplos jika memang ada yang ganjil.
Belum sempat aku mengirim pesan lagi, dia mengetik sesuatu. Kutunggu balasan darinya. Debar jantung memang tak dapat dipungkiri. Aku seperti terpancing akan marah jika dia membahas masalalu yang telah kutinggalkan jauh itu.
Ternyata aku salah. Dia sama sekali tidak berubah. Aku jadi berburuk sangka kepadanya. Jangan-jangan dia hanya ingin terlihat peduli dengan kesalahannya. Semenjak dia curhat tentang bagaimana dia jatuh cinta pada gadis Mataram, aku begitu benci dengan namanya. Oh bukan, aku benci perlakuannya kepadaku. Bagaimana mungkin dia menceritakan perasaannya pada gadis yang jelas -jelas menyukainya sedari dulu.
Memang benar, rasa suka itu seketika hilang! Sirna! Meskipun dia akan berlutut kepadaku, aku takkan mau bersama dengan dia!
Astaga....aku sangat hancur kala itu.
[30/6 18.17] Furqan: Ya alhamdulillah , aq juga sadar bnyak salah meng koe, syukur nek bener" wis aweh maaf
[30/6 18.17] : Maturswun ya , 😁
Ternyata balasannya hanya ini. Jadi aku ingin membuat suasana menjadi cair, meskipun hati sebenarnya sangat beku. Malas dan ingin block nomornya. Tapi itu sangat tidak mencerminkan ketegaran jiwaku.
Kubuat dia tidak merasa bersalah. Dan aku masih merasakan sakit itu.
Kekeliruan memang mudah dimaafkan, tapi hati tak pernah bisa menutup luka dengan sempurna.
Mamuju utara, 08 juli 2017
S laila syabaniyah
Hari itu mataku terbelalak melihat pesan yang tidak diketahui nama pengirimnya. Iya, nomor baru. Penasaran aku membukanya dan membaca dengan hati -hati. Oh, isinya permohonan maaf ala lebaran. Ehemm,maklum masih bau-bau idul fitri. Tapi yang membuatku kaget adalah nama di bawah tulisan. "Furqan "
Lima tahun telah berlalu,namun rasa kecewa mendalam masih dengan santainya bertengger di tangkai hati. Iya, kecewa itu aku buat sendiri. Dia memang tidak pernah bermaksud mengecewakanku, hanya saja sikapnya yang tak bisa menyesuaikan dengan kondisi.
Tapi layaknya artis profesional aku menjawab pesan itu
[30/6 17.44] Laila: Eh mas Furqan,sami2.
Minna waminkum taqobbal yaa kariim
[30/6 17.45] Laila: Kembali ke fitrah, maafkan semua salahku yaa.
Begitu juga salah yang tak disengaja njenengan lakukan, telah aku maafkan 🙏🏼
Woww aku menjadi sok bijak. Tapi memang itu yang harus kulalukan. Memaafkan sesiapapun yang meminta maaf, juga yang salah dan tak meminta maaf. Semua dimaafkan. Karena aku sadar, ketika memaafkan, mata semakin terbuka. Kita jadi lebih menyadari kebenaran yang sesungguhnya.
Aku adalah tipe orang yang suka berterus terang. Tak suka menyembunyikan perasaan, atau basa -basi memberi kode. Aku selalu bilang tak suka jika tak suka. Menyampaikan pendapat jika aku keberatan dengan pendapat orang lain. Selalu nyeplos jika memang ada yang ganjil.
Belum sempat aku mengirim pesan lagi, dia mengetik sesuatu. Kutunggu balasan darinya. Debar jantung memang tak dapat dipungkiri. Aku seperti terpancing akan marah jika dia membahas masalalu yang telah kutinggalkan jauh itu.
Ternyata aku salah. Dia sama sekali tidak berubah. Aku jadi berburuk sangka kepadanya. Jangan-jangan dia hanya ingin terlihat peduli dengan kesalahannya. Semenjak dia curhat tentang bagaimana dia jatuh cinta pada gadis Mataram, aku begitu benci dengan namanya. Oh bukan, aku benci perlakuannya kepadaku. Bagaimana mungkin dia menceritakan perasaannya pada gadis yang jelas -jelas menyukainya sedari dulu.
Memang benar, rasa suka itu seketika hilang! Sirna! Meskipun dia akan berlutut kepadaku, aku takkan mau bersama dengan dia!
Astaga....aku sangat hancur kala itu.
[30/6 18.17] Furqan: Ya alhamdulillah , aq juga sadar bnyak salah meng koe, syukur nek bener" wis aweh maaf
[30/6 18.17] : Maturswun ya , 😁
Ternyata balasannya hanya ini. Jadi aku ingin membuat suasana menjadi cair, meskipun hati sebenarnya sangat beku. Malas dan ingin block nomornya. Tapi itu sangat tidak mencerminkan ketegaran jiwaku.
Kubuat dia tidak merasa bersalah. Dan aku masih merasakan sakit itu.
Kekeliruan memang mudah dimaafkan, tapi hati tak pernah bisa menutup luka dengan sempurna.
Mamuju utara, 08 juli 2017
S laila syabaniyah
Langganan:
Postingan (Atom)