Sabtu, 25 Februari 2017

I am here (pasangkayu) part 1

Aku tdk pernah membayangkan, mengharapkan, berfikir, bermimpi, ataupun berkeinginan untuk memasuki daerah ini. Lingkungan, suku, bahasa, budaya, dan banyak hal yang berbeda.
Tahukah yang paling berbeda? Makanan. Iya, makanan.
Aku adalah tipe orang yang pilih2 makanan, cepat bosan, dan memiliki masalah dengan pencernaan.
Dari dulu aku sering bermasalah dengan perut. Dari kembung, mual, sakit, hingga muntah bercampur darah karena lambungnya sudah tdk layak untuk dikatakan normal.
Dan hampir 4 tahun aku menikmati hidup di sulawesi, sekarang di kabupaten mamuju utara.

Anak bungsu dari 3 bersaudara, dan kedua kakakku laki2, membuat aku menjadi anak kesayangan. Ke pasar saja, harus dengan ibu, apalagi jalan2 dengan pacar? Tidak pernah. (Pernah backstreet siih, hehe) itu pun dijalani setelah lulus sekolah dan bekerja sbg kasir al*amart. Disana ada kisah cinta. Ciyeee....

Kembali lagi ke awal.
Hingga suatu saat ada cerita sampai dimana orangtuaku pindah sementara di daerah sawit sulteng. Dan alur hidup membawaku hingga di perusahaan swasta dengan penempatan di mamuju utara.

Akhirnya aku merantau juga, dan ga tanggung tanggung.
Cilacap-pasangkayu. Cukup jauh dan mahal yaah ongkos pulangnya? Pasti!
Namun ini adalah tantangan buatku, aku harus bisa taklukan.
Dulu sewaktu masih sekolah aku berfikir dan mengkhayal ingin merantau di jogja atau jakarta, dan Allah memberikan yang lebih dari itu. Alhamdulillaah....
Satu tahun berjalan aku merasakan sesuatu yang berat. Ternyata dunia kerja begitu keras,kejam dan penuh tekanan. Orang bilang,  Inilah kehidupan yang sebenarnya. Dan itu semua benar adanya, banyak hal yang kita pelajari dan kita tidak dapatkan ketika kita masih berada di bangku sekolah. Aku mulai belajar menjadi dewasa. Sungguh, saat itu aku hampir menyerah. Aku tak cukup kuat untuk dibanting sana sini oleh atasan. Aku lemah dan rapuh.

Namun berkat dukungan orangtua dan saudara, aku mampu bertahan hingga kini. Dan itu bukan hal yang mudah apalagi untuk orang perasa sepertiku.

Hingga suatu saat ibuku sakit dan ingin pulang k kampung halaman, agar bisa bersama keluarga dan bisa mendapatkan hiburan dengan mudah.
Saat ayahku sendiri, kesabaranku betul2 diuji. Ternyata ayahku tak kuat iman. Minuman keras kerap menjadi temannya malamnya.
Aku sebagai perempuan yang bukan orang pribumi tentu saja ini membuatku takut.
Ada yang salah dengan hidup ini.

Pada akhirnya ayahku harus dikembalikan ke jawa, dikembalikan kepada ibuku. Aku tak mau menjadi korban broken home. Aku tidak mau.

Akhirnya ayah ibuku kembali bersatu sampai sekarang dengan segala keromantisan mereka.

Dan aku pun solo.
Dan aku bisa bertahan bahkan berkembang.
Yes, aku ingin mandiri.

Masih banyak tantangan yang harus aku hadapi. Karenanya aku harus lbh cepat berlari, mata lbih lama terjaga, dan hati hrus lebih kuat. Jiwa raga harus lebih sehat.

Kamis, 23 Februari 2017

Aku Lanjutkan hidupku, Kamu Lanjutkanlah Hidupmu

Pada akhirnya, janji tinggal lah janji. Kata kata manis hanya pemanis awal seperti pada es jeruk, ketika sari sari habis tersedot, maka tinggal bongkahan es batu yg tawar dan beku.
Aku sempat sedikit merasa melayang krn kalimatmu. "Aku yakin, kamu yg bakal jadi istriku."
"Darimana mas bisa tahu begitu, sedangkan aku tak merasa apa apa." Aku mengelaknya meski sebenarnya dalam hati ada sedikit rasa, sedikit harapan, sedikit kepercayaan, hanya sedikit.
Dan, banyak keraguan dengan semua ini.

Aku takut, kata kata itu muncul bukan karena km mencintaiku, namun krn usiamu yg akan terlewat matang jika tdk segera mengikrarkan akad pernikahan dengan seorang perempuan.
Aku takut, hanya karena orangtuamu menyukaiku, hanya karena ibumu.
Aku takut kamu bukan orang yang baik. Aku takut kamu akan menyakitiku kelak.
Sungguh, lebih banyak keraguan dan ketakutan dalam diriku, sehingga aku tak mungkin meng"iya" kan tawaranmu itu.
Kamu selalu saja menanyaiku," bagaimana dengan tawaranku?", dan aku selalu menjawab dengan jawaban yang sama.

Maaf, aku membohongimu.

Benar, aku memiliki pacar disini. Apakah kamu tau? Aku sungguh berbeda dengan dirimu. Usia yang selisih 12 tahun menurutku bukan selisih yang sedikit, dan aku fikir kamu blm bisa membuatku lbh memiliki kenyamanan dalam hidup.
Aku ingin bersenang senang, menyenangkan orangtua, berprestasi, jalan jalan, dan banyak hal yang kamu tak tahu.
 Aku slengean.
Maaf, aku mengecewakanmu. Aku tak sebaik yang kamu kira.

Namun, aku bersyukur.
Itu artinya kamu tak menyesal karena bukan memilih orang yang salah sepertiku. Aku senang, karena aku tak perlu bersusah payah untuk menjadi pribadi seperti yang kamu inginkan.

Kamu ingat? Terakhir kamu menghubungiku sebelum berita itu?
Ketika aku ulangtahun yang ke 21? Itu 15 bulan yang lalu. Ketika aku ganti DP dengan pacarku, karena dia memberikan kejutan ulangtahun untukku saat pergantian tanggal.
Kamu langsung DC kontak BBM, WA, dan block akun FB ku. Ketika kamu bilang "salam pamit", apakah kamu pikir aku tak memikirkan itu? Kamu kecewa, akupun sama.

Maaf, aku memang salah.

Namun, bukankah kata katamu terlalu manis? Bukankah kata katamu sempat membuatku melayang lalu terjatuh di tepian danau? Sakit. Kamu tak sadar telah menyakitiku.
Hingga akhirnya lebaran tahun lalu, 7 bulan yang lalu, ayahmu sms kata kata lebaran, dan akupun langsung menelfon meski berbeda kartu prabayar. kamu tahu? Aku rindu, sangat rindu.
Lalu kamu menghubungiku, menanyai kabarku, lalu ketika kakakmu meninggal dunia, kamu mengabariku, ibumu menelfonku.
Iya, ibumu memang menganggapku seperti anaknya, anak perempuan nya. Sampaikanlah terimakasihku pada ibumu. Aku pun menyayangi ibumu, dan adik adikmu, juga ayahmu, seperti keluargaku sendiri.

Tahukah? Ketika kamu  beberapa kali datang kerumahku, untuk antar barang milik ibuku, dan waktu ayahku sakit, kau datang menemani, dan kamu menyuruhku pulang. Kamu memberikan sinyal pada orangtuaku.
Meskipun aku mengelak,"tidak ma!". Kamu pun tak pernah tahu bahwa aku pun memiliki senyum untuk kuberikan padamu kelak. Memiliki mimpi, mimpi orangtua yang selama ini mereka torehkan di lembaran2 hidupku. Entahlah, Tuhan berkehendak lain.
Aku tetap bersyukur.

Hingga akhirnya kabar pernikahanmu sampai di telingaku.
Aku mulai kepo dengan akun fb mu.
Hingga aku membuat akun baru dengan nama berbeda, dan dipasang foto foto bersama pacarku.
Apa kamu tahu berapa kali aku stalk dalam sehari pada saat itu? Entahlah, aku tak dapat menghitungnya. Sering.

Dann ketika aku melihat fotomu bersama sang istri di pelaminan, hatiku seperti tergores sedikit, perih.
Harusnya ini tak terjadi.
Harusnya aku biasa biasa saja, tapii hati berkata lain. Ada penyesalan.

Namun, semua sudah jelas jalannya. Keyakinanmu saat itu betul betul salah, keyakinanku yang ternyata benar.

Sekarang, tak ada yang perlu disesali, tinggalkan rasa kecewa dan amarah. Terimalah dengan hati yang tulus. Iya, aku menerimanya.
Aku hanya akan melanjutkan kisahku bersama kekasihku yang (juga) insyaallah menjadi pasangan halalku kelak, aamiin.
Selamat menempuh hidup yang baru, mas. Semoga sakinah mawaddah warahmah allahumma aamiin.
Meskipun ini sudah lama kuucapkan, namun kali ini adalah ucapan tulus dari lubuk hati terdalam.

Untuk mas A.

Mamuju  utara, 18 juli 2018
Edit  EYD.

Selasa, 21 Februari 2017

Melawan Maut episode 04

" mas, hati hati... tolong kurangin kecepatannya," aku setengah teriak membuka percakapan setelah beberapa menit kami terdiam. Mobil melaju dengan kecepatan 170 km/jam, jantungku berdebar tak karuan. Bukan karena mobilnya namun banyak pertanyaan terhujam di benakku. "Knp dengan papanya mas Fulan."
"Jangan2 papanya mas Fulan... ahh, tdk mungkin karena kemarin baik2 saja. Tapiii semuanya bisa mungkin. Tapi kira2 kenapa ya? Penyebabnya apa" sungguh, cerewet sekali aku dalam Terlalu banyak cakap dan pertanyaan.

Prakkk!!!!
Kami menabrak motor dengan pengendara seorang gadis berumur 20an. Spontan mas Fulan keluar dan menolong gadis tersebut.
"Duhh, mas Fulan sih tidak hati2.", aku menyalahkannya namun Mas Fulan tetap diam sambil ngecek gadis itu.

"Mbak, kamu gapapa", mas Fulan memegang lengan kirinya. Dengan gesit aku mengambil alih tangan mas Fulan,
Gadis itu meringis kesakitan dengan luka robek di betis kirinya.
"Mas cepetan buka pintu mobilnya," spontan mas Fulan berlari dan membantunya memasukkan gadis itu ke dalam mobil. Orang2 yang melihat kejadian itu merapikan sepeda motor gadis itu. Motornya tidak parah, karena hanya hampir menabrak dari arah kiri sehingga rem gadis itu sangat mendadak karena mobil kami terlalu laju. Untungnya, kami segera berhenti dan memastikan keadaan gadis itu.
"Jadi ini gimana mas? Kita harus ke rumah dulu atau antar mbak ini?", tanyaku sambil memegangi gadis yg kaki kirinya berlumuran darah ini. Kulihat wajahnya masih pucat, mungkin rasa paniknya masih berada di ubun2nya.
"Mas Fulan diam". Hati siapa yang tidak kesal dengan sikap laki2 yang seperti itu?

5 menit berlalu, mobil ini berbelok2 ke arah kiri tepat di tugu pahlawan. Artinya, kami menuju rumahnya.

Tidak disangka, namun pernah terlintas dipikiranku saat mobil itu.melaju dengan sangat cepat.
Rumah mas Fulan ramai, terdengar suara tangis yang1 sangat.nyaring dari arah dalam rumah. Aku tak bisa bicara.
Saat mobil berhenti, kutinggalkan gadis itu dan kuberlari ke dalam rumah mas Fulan.
Innalillahi wa inna ilaiho roojiuun...

Apakah seorang penulis adalah introvert?

Orang yang menulis biasanya orang yang pendiam, tak suka berbicara depan orang banyak, bahkan cenderung menutup diri. Benarkah mereka tidak dapat mengutarakan pendapat dan hanya bisa lewat tulisan saja? Benarkah?
Jawabannya, tidak selalu.

Dan apakah menurut anda menulis itu perlu? Atau bahkan mungkin penting? Yaa tentunya menurut orang pasti berbeda beda. Dan menurut saya, menulis itu penting.
Karena dengan menulis, beban hidup terasa lebih ringan, saat menulis, kita bebas ingin berbicara apapun, dengan menulis, kita menjadi sedikit berfikir, dan ketika tulisan kita dibaca akan bermanfaat bagi orang lain. Apakah itu pahala? Yaa, pahala.
Maka, tulislah hal hal yang baik. Dengan begitu, tulislah hal hal yang bermanfaat agar menulis menjadi ladang amal untuk kita.
Dan, agar sejarah dapat mengukir karya kita, pikiran kita, dan merekam setiap kejadian yang kita lalui. Agar yang membaca kelak dapat mengambil pelajaran disetiap kejadian.
Menulis bisa dilakukan oleh siapa saja, boleh apa saja. Bahkan ketika kita menulis buku harian, itu juga adalah bagian dari sebuah karya.
Kelak, kita akan merindukan momen yang mungkin kita tidak ingat, entah apa yang kita rindukan. Karena begitu banyak memori yang telah usang dan tidak mampu menampung kejadian kejadian di dalam otak kita. Maka, ketika kita membuka buku harian kita yang (juga) telah usang karena telah berumur puluhan tahun, kita akan tersenyum geli pada saat membaca kembali. Benarkah aku pernah menulis seperti ini? 

Hal ini adalah salah satu bahagia kami dari menulis.
So, jangan ragu untuk menulis! ;)

Jumat, 17 Februari 2017

Melawan Maut episode 03

"Cantikmu tak prnah berubah, yg berubah hanya cara berfikirmu"
Aku tdk mngrti apa yg mas Fulan katakan.
"Maksud mas?".
"Sy tdk suka basa basi, sy cm mau ktemu dg Zidan sekarang."
"Hmmm... eumm" aku mulai memutar otak, akan kujawab apa agar semua ini berjalan mulus, tp ide tak kunjung datang. Aku hanya diam tertunduk, kuteteskan lagi air mata.
"Sayang, km tdk perlu berakting spt artis, tanpa akting cantikmu sdh spt artis", dia berusaha meledekku, seakan aku tak memiliki perasaan yg tdk karuan itu. Aku kesal dg gurauannya.
Disapunya air mata dipipiku, diangkatnya daguku mengarah ke wajahnya.
Kupejamkan mata. Aku tdk sanggup utk skedar menatap kedua matanya yg bgtu tulus.
"Kita akan menikah, kankermu pasti sembuh, apa km tdk yakin dg kekuatan Allah? Dengar sy Niah, pernikahan akan dipercepat sebulan lagi, saya kesini untuk ajak km cari cincin dan pakaian pengantin kita."
Aku melongo keheranan, bingung dg perasaan yg kurasa sekarang, antara bahagia, haru, dan yg jelas aku merasa bersalah. Aku bingung, aku ingin bertanya, kenpa? Kenapa bisa? Tapi tak pernah berhasil keluar dr mulutku.
"Aku...",
"Tenang sayang, semuanya sudah kubicarakan dg semuanya. Dan Zidan akan jd panitia di pernikahan kita,hehehe" dia meringis.
Aku speechless, tdk ada yg bisa kukatakan.
Dia dekap aku dalam pelukannya, rasanya semakin berdebar dalam kedamaian.
Mataku tertuju pd amplop biru langit tergeletan d depan pintu, aku malu ingin memungutnya lalu membuangnya.
Gerakanku lambat, mas fulan lbh dlu mendapatknnya.
"Hmm surat untuk siapa ini?"
"Mas, jangan mas, itu pintaku" aku mencoba menghalanginya, namun gagal lagi..
Dia membacanya, lalu trtawa terbahak2.
"Hahahhah, aktingmu nyaris berhasil Niah, tp sayangnya km bermain dg orang yg salah, hahaha"
"Maaas, bukannya nyenengin malah ngledek gt, udah siniii"
Aku berusaha meraih surat itu, tp mas fulan trlalu tinggi drku.
Aku terus berusaha mengambil hak ku dr tangannya, sampai2 aku menggantung d pundaknya, sebisaku harus mendapatkannya.
Akhirnya dia memberikan surat itu pdku, meskipun beberapa menit berebut dlm suasana bermain.
Dia selalu saja memghiburku.
Tdk prnah rerbayang akan mjd sedekat ini.
Disimpan kembali baju2 dalam koperku, lalu mas fulan tarik tanganku," ayo cepat mumpung blm trlalu panas".
Tujuan pertama kami ke toko silver.
Ditengah perjalanan hpnya berdering, ibunya..
"Haloo... lan, fulan... papamu...nak...."
"Halo bu, haloo...."
Baterainya habis.

Kamis, 16 Februari 2017

Melawan Maut Episode 02

Lelaki satu ini memang tdk byk bicara, namun tindakan yg ia ambil seolah tdk ada yg keliru. Dia selalu perhatikan gerak gerik ku tanpa aku menyadarinya.
Ada keteledoranku saat aku pergi check up ke dokter langgananku, dia mengikutiku namun aku melarangnya untuk masuk ke dalam dg dalil "bukan mahram, jangan ikut, nanti jd fitnah" biasanya, aku malah minta ditemani. Mungkin dia mulai curiga dg tingkah anehku.
Keesokan harinya ia menemui dokter itu dan mencari tau ke dokter rujukan sesuai petunjuk yg sdh diberitahu.Di pagi gerimis yg menyejukkan, aku bersiap ke airport. Rencananya aku akan pulang ke rumah untuk menghabiskan sisa waktu yg ada bersama ibu dan ayahku.
Entah kenapa, hati ini kosong tak ada kesedihan, rasanya hatiku mati lbh dulu daripada ragaku.
Aku sama sekali tak berniat untuk melakukan kemoterapi spt yg disarankan dokter. Aku pun sdh tdk merasakan sakit di bagian kepala, lbh baik dari sebelum melakukan pemeriksaan. Aneh.
Apartemen kutinggalkan, hanya ada sepucuk surat yg kuselipkan dibawah pintu. Aku tau, mas Fulan pasti akan mencariku.
Dear mas fulan...
Sebelum Niah bicara byk, niah mohon maaf yg setulus2nya, sungguh nia perempuan yg tdk tau diri. Tapi, semua ini kulakukan utk kebaikan semuanya. Aku tdk akn biarkan mas fulan merasakan sakit hati berkepanjangan lantaran mas fulan mencintai orang yg tdk mencintaimu. Iya, benar sekali, aku sekarang telah pergi bersama orang pilihan niah sendiri. Zidan.
Semoga mas fulan bahagia selalu.
Terimakasih untuk semua yg mas berikan selama ini, barakallah... allah akan membalasnya dg yg lbh baik
With love,
Niah.
Kali ini kujatuhkan air mata, rasanya dada ini mau meledak.
Bagaimana tidak, aku telah membohongi diriku sendiri dan mengatasnamakan kebaikan. Padahal aku tau, ini bukan yg terbaik. Kutersimpuh di depan pintu bersama koper dan tas dipundakku.
Tangisku meledak....
5 menit berlalu, kulihat waktu check in masih ada 1 jam lagi, aku kmbali masuk k apartemen dan kulihat wajahku, pucat pasi.
Kuambil alat make up, kurias dan menyulap wajahku mjd segar kembali dg eyeliner hitam, serta blush on dan lipstik warna pink kesukaanku. Kusenangkan hatiku.
Kutata kembali rambut sebahuku, dan poni menyamping sampai pelipis kanan." Tersenyumlah" gumamku dalam hati. Kusenyumi diriku sendiri di cermin.
Aku bergegas menuju airport, waktunya berjalan bgtu cepat.
Baru akan keluar dr pintu, aku terperanjat dg kehadiran sosok lelaki yg msh memakai celana bola, kaos oblong dan sandal coklat andalan. Tangan kanannya menenteng bubur ayam kesukaanku. Matanya berkaca2 melihat keadaan ini, lemas badanku.
Mas fulan datang lbh cepat dr yg kupikirkan.


Rabu, 15 Februari 2017

episode 01

Aku menyibakkan poni ku, sudah lumayan panjang, rencananya jumat ini akan kugunting supaya sdkit lbh rapi. Kubercermin sekali lg sbelum tidur, hmm msh cantik, seperti umur 18tahun hehe.
Waktu menunjukan pukul 23:15 WIB, kulihat suamiku msh sibuk dg tulisannya, maklum, hobby yg sama dengan istrinya tercinta, hanya saja ia lbh senang menulis tentang kenikmatan hidup, orang yg sangat realistis dan selalu mementingkan kesenangan istrinya. Kutengok anak2 sdh terlelap dlm mimpi indahnya. Aku rasa, ini sdh terlalu larut untuk bicara masalah rencana yg sdang kusimpan rapat dlm benakku. Hamm besok saja lah.
"Blm ngantuk pa? Mama tidur duluan ya," kucium pipi kanan suamiku.
Tanpa melihatku, ia hanya membelai kepalaku saat aku mencium pipi kanannya itu. "Iya nanti biar papa yg matikan lampu"
Orang yg tdk romantis memang sangat jarang mengucapkan selamat tidur,tidur apalagi semenjak kami menikah, katanya" untuk apa diucapkan kalau kamu sdh ada d depan mata disetiap waktu". Yaah, aku sangat mengerti dan tentunya sangat menerima dg baik apa yg menurut nya benar.
Lalu kutarik selimut hingga ke dada, kupejamkan mata agar lelahku hilang ketika fajar menyambut pagiku. Bismillah....
Saat kubuka mata, cahaya putih yg sangat menyilaukan membuat mataku bgtu kaget, kusipitkan seketika. Kuhalangi pandangan mataku dg telapak tangan kanan yg menghadap keluar.
"Cahaya apa ini? ",Batinku..
Tiba2 kudengar tangisan Zahra, "mamamama...huhuhu...hiks hiks hiks"
Kata2nya msh terbata2, baru bisa brkata mama, papa, mamam, tata (kakak), dan nenen.
Kucari sumber suara itu, trdengar bgtu dkat namun aku tak bisa melihatnya selain cahaya yg menyilaukan itu.
 Kuucap, laa ilaa ha illallah... cahanya semakin sempit, kulihat samar2 syahid berurai air mata di depanku bersama papanya dan ibu mertuaku. Kulihat byk orang yg sdang menungguiku.
Nafasku yg tak sampai pada diafragma tentunya membuat semua orang menganggapku sekarat.
Benar saja, penyakit yg menggerogotiku hingga 16th ini kini semakin menjadi. Aku selalu mengatakan pada suamiku saat berobat, "semuanya sdh ada yg mengatur, jangan khawatir, semua yg terjadi adl yg terbaik".
Terkadang aku merasa ini menjadi motivasi agar aku tetap hidup, agar aku sukses mjd madrasah terbaik untuk syahid dan zahra.
Terkadang, aku merasa tdk sanggup ketika rasa sakit itu menyerang secara tiba2.
Semua dokter heran dengan kekuatanku selama belasan tahun. 3 bulan sebelum menikah, aku divonis mengidap kanker otak stadium 1. Waktu itu calon suamiku sama sekali tdk tau ttg hal ini. Aku sangat takut untuk bicara, krn keluarga semuanya telah setuju dan tinggal menggelar acara pernikahannya. Aku sangat kebingungan.
Laluu kuputuskan untuk membatalkan semua yg ada pada kesepakatan.
Aku tdk tega melihat keluargakau bersedih atas sakitku dikemudian hari.
"Aku rasa, ini semua salah. Aku harus jujur kalau aku menjalin dg laki2 lain, dan aku lbh mencintai dia dr pd mas Fulan." Bibirku bergetar.
"Maksud km apa?"
"Aku cm tdk ingin mas Fulan akan lbh sakit hati kalau ini aku rahasiakan lbh lama"
Dia diam.
Dan aku tdk melihat wajah kecewa dr calon suamiku itu, justru aku yg kecewa dg sikapnya yg dingin spt itu.
" baiklah klw itu maumu, yg penting dlm sebulan kdepan sy akan ikut sm km kmanapun km pergi"
Aku brfikir sejenak lalu mengiyakan apa yg dia katakan.
Aku berencana akan membohonginya dan memanfaatkan temanku untuk mjd pacar simpanan pura2 ku.
Trnyata mas Fulan lbh pintar dr saya, dia telah tau semua yg terjadi, sungguh dia spt dukun.
Di pagi gerimis yg menyejukkan, mas Fulan datang menemuiku...

5 Hal Penting Memenangkan Hati Atasan

      Pergantian bos/ atasan menjadi hal yng biasa bagi sebagian orang dalam sebuah perusahaan. Namun tak jarang juga membuat seseorang down, dan kehilangan semangatnya dalam bekerja. Apakah ini membahayakan? Sebenarnya tidak, sepanjang kita bisa menempatkan diri. Fokuslah pada pekerjaan.
      Terkadang seseorang merasa sudah sangat nyaman dengan suatu keadaan, itu bisa terjadi karena faktor kedekatan dengan atasan lama ataupun karena faktor kemahirannya dalam bekerja disuatu bidang. Orang akan berada di zona nyaman. Pada akhirnya ia akan cepat merasa puas dan enggan untuk upgrade diri. Apalagi ketika datang atasan baru yang notabene baru dikenal dan kita merasa lebih dulu berada di suatu perusahaan.
     Untuk menjaga semangat kita, ada 5 hal penting yang perlu diperhatikan:
1. Fokus Pada Pekerjaan
    Fokuslah pada apa yang dilakukan, abaikan siapapun yang ada disamping kita, dan berfikirlah bahwa apa yang kita kerjakan adalah untuk diri kita sendiri, bukan untuk atasan ataupun perusahaan.
Berusahalah untuk tidak bergantung pada atasan. Ketika kita bisa mengontrol pekerjaan sendiri, berarti kita siap membawahi orang lain dalam bekerja.
2. Lakukan Pendekatan dengan Atasan
    Hal ini sangat penting karena ketika ada kedekatan emosional dengan atasan akan membuat kita lebih nyaman dalam bekerja dan segala sesuatunya terasa lebih mudah. Kita bisa membuat lelucon agar suasana tidak membosankan. Emosional yang belum dapat, akan membuat seseorang akan merasa canggung meskipun hanya berbicara hal- hal kecil.
3. Kontrol Pekerjaan Sendiri
    Untuk menghindari atasan marah ketika kita melakukan pekerjan, hendaknya kita periksa terlebih dahulu sebelum laporan kita diserahkan kepada atasan. Buatlah atasan anda terkesan karena ketelitian dan kecermatan kita.
4. Belajar Hal Baru
    Jika kita merasa sudah sangat mahir dalam suatu profesi, tak jarang kita merasa bosan pada suatu aktifitas. Maka pelajarilah hal baru yang bermanfaat sekalipun itu tidak berhubungan dengan pekerjaan kita.
5. Jangan Mengeluh
    Sebenarnya ini adalah bagian terpenting dalam menjalani sebuah pekerjaan. Pada saat kita ada rencana untuk berhenti, ingatlah ketika kita ingin masuk, betapa sulit bukan? Apakah sekarang akan berhenti begitu saja? Apakah kita sudah berhasil dengan misi kita?
Jadi apa saja yang sudah anda lakukan untuk taklukan hati atasan?