Sabtu, 28 Mei 2016

Sabtu, 28 Mei 2016

 Entah apa yang ingin aku katakan. Saat ini jam 1 lewat 15 dini hari. Aku belum bisa tertidur, aku sudah mencoba memejamkan mata namun sulit sekali.
 Abang Syed sudah tertidur sangat nyenyak, padahal tadi dia bilang belum mau tidur.
Aku jadi berfikir apakah selamanya akan seperti itu ketika nanti aku hidup bersamanya?
Aku takut dia hanya memberikan janji surga untukku. Mengingat atas apa yang sudah dia lakukan.

Dia mendapat assignment untuk memegang jabatan yang selama ini kami dambakan, disisi satu aku merasa bahagia dan sangat senang, tapi ada sisi dimana aku merasa akan ditinggalkan oleh orang yang selama ini aku sayangi. Ada ketakutan-ketakutan dia akan menemukan orang yang bisa menggantikan ku dan aku gak bisa terima itu.
Aku hanya ingin aku yang bisa membuatnya bahagia, tidak ada orang lain, tidak ada perempuan lain.
Apa aku egois? ahh biarlah seperti itu, karena akupun tak bisa membohongi diri sendiri.
Disaat aku mulai enak makan dan berat badannya naik, ada masalah yang harus aku hadapi yang seharusnya tidak menjadi masalah besar.
Aku sering merasa iri dengan orang- orang yang merasakan bahagia apalagi karena sangat disayang oleh pasangannya, tapi kenapa aku tidak mendapatkannya? Ahh tidak, abang syed juga sangat menyayangiku, kadang- kadang.
Megapa orang lain selalu mendapatkannya, bukan kadang-kadang? Mengapa hanya orang- orang disekelilingku yang merasakannya? kenapa?
memandang ke atas memang membuat kita kecewa dan tidak mensyukuri apa yang kita miliki dan apa yang kita dapatkan. Tapi aku hanyalah manusia biasa yang tidak selalu berbuat kebaikan dan prasangka nya selalu baik.
Oh iyya, Abang Syed adalah pacarku yang aku tinggal sama dia 2 setengah tahun di mess yang sama dan kamarnya sebelahan, kami kerja di kantor yang sama selama itu dan pacaran 1 setengah tahun.
Apa itu waktu yang lama atau waktu yang sebentar? Entahlah, akupun tak peduli dengan waktu.Aku hanya peduli dengan orang dan jarak. Aku seperti kesulitan untuk hidup normal tanpa dia.
Mungkin ini konsekuensi kerja di perusahaan swasta yang harus siaga kapan saja kita ataupun orang yang kita sayangi dipindahkan.
Bayangkan saja rasa sepiku yang akan kualami! Aku hampir ingin mengatakan kalau aku tidak sanggup menghadapi ini sendirian, aku seperti tak sanggup.


Minggu, 22 Mei 2016

KATANYA AKU SEORANG KARTINI

Aku seorang perempuan. Meskipun belum menjadi wanita seutuhnya yang memiliki pemimpin pribadi dan prajurit yang siap kuajari untuk hidup hebat namun sederhana, sedikitnya aku mulai belajar untuk mengontrol dan membawa diri disetiap hari meskipun kegagalan sering bertahta disini. Aku kadang takut gagal menjalani hidup. Aku takut gagal menjadi pribadi yang baik, aku takut menjadi orang jahat. Pasalnya apa yang aku lakukan menurutku benar belum tentu benar apalagi untuk disukai orang lain. Ada pepatah yang mengatakan kalau kita seharusnya tidak perlu menghiraukan apa yang dikatakan orang lain, mestinya lakukan saja yang terbaik, toh apa yang kita lakukan akan kembali ke diri kitang masing- masing.

Hmmm, aku jadi canggung untuk melanjutkan kalimat lagi. Pasalnya aku tentunya bisa mempertanggungjawabkan apa yang aku sampaikan. Aku takut menjadi munafik karena apa yang aku katakan tidak sejalan dengan keadaan. Tapii, ah itu hanya akan menghalangiku untuk bicara. Sedangkan menukis adalah bicara juga, bicara yang tidak hanya akan didengar oleh satu orang saja.

Maaf, ceritaku jadi kemana- mana.
Namaku Sugiyati Laila Syabaniyah, saat ini usiaku 21 tahun dan tengah bekerja di salah satu pembiayaan ternama di Indonesia sebagai seorang kasir.
Sebagai karyawati yang terbilang muda dengan modal Ijazah SMA di daerah yang lumayan jauh dari tempat tinggal bukan hal yang mudah dijalani.
Cilacap-Pasangkayu bukan jarak yang dekat yang bisa ditempuh dengan waktu yang sebentar dan tentunya dengan biaya yang sedikit. Gaji satu bulan hanya bisa untuk membeli tiket pesawat dan akomodasi selama perjalanan. Itu adalah salah satu alasanku mengapa aku harus berlari lebih cepat, mata terjaga yang lebih lama, berusaha dengan lebih serius, karena keberhsilan membutuhkan perjungan.
Memang benar, uang bukan segalanya, kebahagiaan tidak bisa diukur dari seberapa banyak uang yang kita miliki. Namun bagi segelintir orang yang terbiasa hidup susah, sesaat akan sangat berharga uang yang kita dapatkan apalagi dari jerih payah sendiri.
Sebenarnya kalau dipikir, gaji yang kudapatkan tidak seperti yang aku harapkan karena di sekitaran Cilacap pun aku masih bisa mendapatkan materi seperti yang aku dapatkan sekarang disini.
Namun kadang cinta mengalahkan segalanya. Ya, aku cinta.

Saat ini hanya doa orangtua dan saudara yang aku harapkan, semoga kebaikan terus mengalir diantara langkah kita. Aku yakin,hasil tidak akan pernah membohongi proses. Dan aku sangat menikmati proses ini. Aku cinta.

Pasangkayu, 22 Mei 2016

Salam
Laila