Minggu, 30 Desember 2018

SEBUAH SURAT DI PENGHUJUNG

Dear my family...


Untuk suamiku, yang Allah takdirkan menjadi belahan jiwaku, yang tak pernah kusangka  bisa menjadi bagian teratas dalam hidupku saat ini, orang yang Allah berikan amanah berupa istri sepertiku, yang Allah takdirkan kepadamu hati yang lembut, terima kasih banyak...
Terima kasih, karena telah menerimaku apa adanya, karena kurus kerempengku, karena kecengenganku, karena emosiku yang kerap naik, karena kebodohanku, karena begitu banyak keluranganku sehingga mungkin ada saat saat kamu tak mau membawaku ke sebuah acara, atau kamu tak mau mengajakku ke rumah temanmu..

Terima kasih telah membeikan hatimu entah setengah atau penuh entah sedikit atau banyak, terima kasih untuk itu semua. Terima kasih telah berkomunikasi dengan baik denganku, memberi pengertian dengan sabar kepadaku, dan seringkali menuruti keinginanku. Terima kasih telah menerima keluargaku, orangtuaku. Mereka bodoh, sama sepertiku... terima kasih

Aku mohon maaf atau semua kekurangan itu dan ata semua kebodohan itu, aku mohon maaf jika belum bisa menjadi istri yang terbaik, belum bisa memasakanmu makanan yang enak setiap hari, membuatkanmu teh tiap hari, atau tidak merepotkanmu, maaf...

Selebihnya aku akan sampaikan langsung kepadamu, di hadapanmu,...
InsyaaAllaah..



Untuk mama dan bapak di rumah yang selalu ada di hati, cinta pertama yang tak akan tergantikan oleh siapapun, aku begitu mencintai kalian berdua, layaknya anak pada umumnya. Dalam hati ini dan ucapan doa aku ingin sekali membahagiakanmu dengan cara apapun yang kalian sukai, namun kalau Allah lebih menyukai dengan cara lain, maka aku hanya bisa menjalaninya saja, seperti dengan berbakti pada suamiku, ma...pak... aku akan berusaha menjadi yang terbaik sebagai diri sendiri, sebagai perempuan jawa dan muslimah.

Sekarang anakmu ini sudah dimiliki seseorang ma, orang yang telah bapak nikahkan denganku 7sept18 lalu atas permintaanku, terima kasih banyak, semoga ini semua akan menjadi ladang ibadah bagiku, anak kesayangan bapak dan mama.
Anakmu ini minta maaf karena selama ini hanya bisa meminta tanpa bisa memberikan apapun kepada kalian, sungguh jika aku diberi kesempatan untuk meminta, maka akan kuminta surga untuk kalian berdua di akhirat nanti dan kebahagiaan di dunia.

Maaf, anakmu tak bisa untuk hanya sekedar menemani di hari tua kalian.
Anakmu ini hanya bisa berdoa setiap waktu untuk keberkahan dunia dan akhirat bapak dan mama.
Jika aku akan pergi lebih dulu, jangan ditangisi ma, pak, doakan saja, dan tak membicarakan keburukanku di depan ataupun di belakang orang-orang. Untuk melepasku, cukup dengan satu kali tangisan saja, jangan lebih, karena itu hanya akan membuatku terus terusan menangis.
Tenang saja, aku sadar betul bahwa tanggungan kematian, dosa, pahala hanya aku sendiri, aku tak akan menuntut siapapun jika nanti ketika dihisab, dosaku terlalu banyak, semoga Allaah mengampuniku sebelum waktunya tiba. Karena setiap waktu aku memohon ampun atas dosa yang telah lewat dengan atau tanpa kesengajaan.

Untuk saudara-saudaraku, terima kasih banyak untuk bantuan kalian baik moril dan materil sehingga sampai saat ini aku masih merasakan kehiduoan yang indah yang mungkin banyak orang menginginkan berda di posisi sepertiku. Aku ingin berterima kasih karena selama ini telah memberikan nasihat yang alhamdulilaah bermanfaat bagi kaluarga kecil yang kami bina ini.
Maaf, untuk segala kurang dan salah..
Mungkin ada kata yang menyinggung dan yang pasti kamu belum bisa memberikan apa apa untuk kakak kakak dan adik adik tercinta.
Jika aku harus pegi, aku titip suamiku, semoga Allah melindungi kita semua.. 

Pasangkayu, 31 Desember 2018.
Sincerely, Sugiyati Laila Syabaniyah 

Kamis, 02 Agustus 2018

Berhentilah menghujaniku dengan kasih sayang.
Aku tak mau semakin terlena dengan apa yang kamu lakukan kepadaku. Bukan karena aku tak suka disayangi, tapi itu semua yang membuat dunia seolah segalanya. Membuatku merasa sangat nyaman dan merasa bahwa dunia ini hanya milikku. Bahwa, tak ada orang yang lain di bumi ini.

Aku tak mau itu. Kamu tahu kan, aku ingin hidup dengan menebarkan kebaikan dan ingin membahagiakan orang lain?
Aku ingin sekali semua orang berbahagia dengan apa yang kita lakukan. Tapi pada kenyataannya tidak akan seperti itu. Pasti akan ada yang tidak suka bahkan sampai benci dengan apa yang kita lakukan.

Tak apa, itu sudah menjadi takdir alam. Hukum yang selalu berlaku dan tidak ada yang bisa menggantikannya. Bahkan. ketika dunia ini harus berubah, hukum itu akan selalu ada. Di sini, di sekitar kita. Dan kita tidak bisa lari kemana pun. Tapi percayalah bahwa apa yang kita lakukan yang baik akan mendatangan kebaikan, meski bukan sekarang, meski bukan langsung pada diri kita.

Mungkin berpuluh tahun lagi. Mungkin kepada anak kita, cucu kita, atau nanti di akhirat. Karena, apapun yang kita lakuan hari ini akan tetap mendapatkan ganjaran. Tak perlu muluk untuk mencapai segala sesuatu. Hal kecil saja bisa mendatangkan hal yang besar. Karena semua yang besar dimulai dari yang kecil terlebih dahulu. Sesuatu yang banyak dimulai dari yang sedikit dulu.

Dunia ini seperti cambuk yang terus menyakitiku. Karena aku berharap kepadanya, termasuk kepadamu. Sedangkan kamu hanya diam dan menatapku penuh iba. Tiada guna.

Belas kasihan tidak akan mengubah perasaanku. Rasa iba tidak akan membuatku tenang dengan keadaan.
Pastikan saja, putuskan apa yang aku harapkan, atau tinggalkan aku sama sekali.

Gampang kan?


Mamuju utara, 2 agustus 2018
S Laila Syabaniyah

Ujung-ujungnya kembali kepada Allah SWT

Rasanya aku ingin terbang. Jika bukan untuk pulang, setidaknya bisa merasakan desiran angin yang membawa masalah demi masalah terhempas.
Mungkin orang bilang ini bagian dari putus asa. Tapi sebetulnya hal ini hanya cara untuk berlari dari apa yang harusnya tidak kukejar.

Aku seolah mengejar sesuatu yang tidak pantas kudapatkan. Tertatih dalam perjalanan, penuh tangis, peluh dan aliran darah yang tak perlu. Menghabiskan waktu dengan sia-sia. Terlalu berambisi pada sesuatu yang seharusnya dijalani dengan santai dan menunggu dengan sabar pada waktu yang Allah tentukan.

Tapi, aku hanya manusia biasa. Cepat merasa sakit ketika harus dikecewakan bertubi-tubi.
Aku awalnya berfikir bahwa tertawa riang gembira bisa mengubah perasaan, mengubahnya menjadi bahagia. Ternyata salah, selamanya rasa sakit itu akan ada dan hanya teredam jika kita benar-benar telah lupa.
Karena sepulangnya bergembira, hati akan kembali menangis dengan derai yang lebih deras dan sakit yang lebih sakit.

Rasanya seperti sendiri di muka bumi ini.
Tak punya siapa-siapa.
Tidak memiliki apa-apa.
Sejatinya memang begitu, aku tak berhak atas apapun pada siapapun.

Bersabar dalam menjalani kehidupan adalah kunci utama untuk tetap bertahan, siapa tahu nasib mujur akan segera menghampiriku.

Memang, hidup ini penuh dengan kebimbangan, tapi pilihan akan selalu ada. Dan setelah memilih pun belum selesai. Kita musti pertanggungjawabkan apa yang kita pilih. Memberikan yang terbaik dan tidak berpaling pada apa yang seharusnya kita berikan.

Ketika hidup merasa sendiri, rasanya tiba-tiba ingat bahwa selama ini kurang dekat dengan Allah, bahkan seperti jauh.
Ketika sholat hanya basa-basi, tak dari hati, di situ letak kekosongannya. Berdoa tapi tidak sungguh-sungguh, bagaimana mungkin Allah gubris. Bahasa kasarnya begitu.

Kuusap air mata yang meleleh sedari tadi, melirik jam, dan mengambil air wudhu, lalu bersimpuh dengan derai yang lebih deras dari tangisan pelarian. Sujud lama dan sungguh seperti anak-anak yang meminta uang sama emaknya. Memelas dan memohon pertolongan meski sadar bahwa dosaku begitu banyak.
Tapi, Allah maha pengampun dan pemberi, pemurah dan segalanya.

Ujung-ujungnya kembali lagi.
Tidak ada tempat lagi selain Allah SWT.

Mamuju utara, 02 agustus 2018
S Laila Syabaniyah

Selasa, 23 Januari 2018

Rumah Kedua

Rasanya males banget ada di rumah. Ngerokok gak boleh, katanya karena masih sekolah. Main bentaran doang dimarahin dan diinterogasi, katanya gak boleh main sampe larut malem. Padahal kan temen temenku ngajak nongkrong sambil minum minum. Masa iya, aku sendiri yang gak dateng atau pulang paling cepet? Kebayang kan gimana malunya?

 Belum lagi kalau minta beli sesuatu, pasti aku harus nglekuin sesuatu dulu baru dibeliin. Misal, cuci mobil. Ogah banget kan? Masa sih cowok sekeren dan setampan ini ngerjain kerjaan gituan. Lagian kan ada pembantu juga. Emang bapak ibu di rumah itu terlalu kolot.

Yah aku lebih memilih sering tinggal di rumah tetangga yang kebetulan masih saudara juga. Kak Raden baik banget. Laptop sama motor selalu ada buat aku pakai. Dan emang itu yang aku butuhin.

Bahkan gak jarang aku dibeliin rokok Cuma dengan beliin dia rokok, tentu pakai duitnya dong yah. Tapi itu emang bikin aku betah banget di rumahnya. Sampai sampai dia anggep aku seperti adiknya.

Belum lagi istrinya yang super cantik dan montok. Meskipun udah punya 2 anak, tapi dia tetep mempesona. Aduhh, ponakan suka tegang kalau lihat dia dengan tangtop dan celana ketatnya. Senyumnya itu selalu bikin penasaran sama sentuhan lembutnya.
Tapi dia baik banget, apalagi suaminya. Gak mungkin lah aku bisa pegang walaupun pahanya doang, ya udah pelototin aja udah cukup.

Aku sering berniat buat deketin dan deketin, tapi suaminya selalu membuat hatiku bergetar dan menolak buat deket yang gak biasa. Kak Raden gak pantes aku hianatin. Ahh aku jatuh cinta sama istri orang terdekatku. Tuhaaan, ini bener bener nyiksa banget. Meskipun gitu, aku justru bahagia karena punya kesempatan buat terus ngliatin bahkan bantuin dia kalau pas kesusahan.

Misalnya, pasangin gas di kompornya. Sumpah, itu aku udah seneng banget apalagi kalau dia ketawa dengan lesung pipinya yang indah itu. Dadaku berdesir.

Oh iya,namaku Denis. Awas ya jangan sampai salah ketik, karena huruf D kalau tiangnya kepanjangan jadi berabeh. Aku perjaka loh ya, walaupun udah kuliah 2 semester. Yah paling sabun mandi jadi cepet abis. Gara gara situs bokep yang kubuka waktu main di warnet, otakku jadi liar. Iya, itu kenapa aku betah banget di rumah kak Raden.

Sejujurnya, aku pengen cobain yang asli gimana rasanya. Bentuk dada yang ada di video mirip banget sama punya istrinya kak Raden.
Suatu hari aku disuruh sama kak Radrn anterin istrinya belanja ke mall, karena dia jagain anaknya yang lagi sakit dan gak mau ditinggal sama papanya. Aduuh jantung rasanya mau copot, ponakan langsung bilang, “Wah, kesempatan bagus nih Bang. Gue pengin banget jalan-jalan ke goa bang. Pengen lihat goa Bang!”.

“Ngaco lo, kagak boleh lah! Gue Cuma disuruh nganterin.”

Pikiran mulai kacau. Nyetirnya sampai kurang fokus sampai akhirnya nabrak pagar orang sebelum sampai mall. Alhasil si cantik nubruk dadaku sambil teriak, bukannya aku peluk tapi malah teriak juga saking kagetnya. Alamaaak, ponakan selalu maksa keluar, padahal hari ini aku tempatin di kandang ternyaman yang pernah ada.

Dia masih ada di dada bidang milik Denis, dan tanganku mulai membenamkan kepalanya lebih dalam ke tubuhku. Debar jantung yang disebabkan kaget, sekarang berubah jadi semangat buat menenangkannya.

“Gak papa kak, kita baik baik aja kok. Maaf ya, tadi aku ngantuk jadi gak fokus.”

“Sorry sorry, tadi aku Cuma kaget kok.”

Si cantik melepaskan kepalanya dan tampak kikuk, dan akupun tersenyum puas dengan sikapnya. Dia tersipu, dan itu satu kesuksesan buatku.
Akhirnya kami gak jadi ke mall dan balik ke rumahnya. Ternyata sampai rumah kak Raden gak ada. Anak anaknya tertidur pulas dan sehat sehat aja. Cuma tertinggal HP nya yang mahal itu. HP mahal yang gak mungkin bisa aku beli, apalagi berharap sama ibu dan bapak.

“Cepetan sayang, aku tunggu di depan klinik bersalin ya.”

Pas lihat chat ini aku pikir ini chatnya si Cantik, tapi ternyata di bawahnya beda lagi. Berbeda cerita karena gak mungkin mereka chat dalam serumah.

 "Jadi ini chatnya siapa? Oh mungkin ada yang salah kirim?"
Gambar diambil dari foto ponakan (anak dari kakaku yang kedua?
😊😊


Kamis, 18 Januari 2018

REMINDER FOR OURSELVES

I am a woman.


Sekuat apapun perempuan, dia adalah makhluk yang butuh kasih sayang lebih. Dalam tampilannya yang tegar dan memesona tetap saja membutuhkan bahu lelakinya untuk bersandar, dan dadanya untuk mendekap memeluknya saat sedih dan senang. Meski kadang kata-kata keluar "aku nggak papa.", tapi percayalah bahwa dia sebenarnya membutuhkan pengertian untuk memberikan empati dan juga belaian lembut sikap lelaki. Berusahalah sejenak untuk menjadi dukun, mulailah tebak dan telaah apa yang perempuan inginkan dari lelaki. Jangan menanyai, lakukanlah saja sesuatu yang sekiranya membuat perempuanmu bahagia. Misalnya dengan memuji, atau mengajaknya jalan-jalan ke tempat yang ia sukai.

Memang, perempuan memiliki rasa yang lebih peka daripada laki-laki, makanya air matanya gampang sekali meleleh. Makanya, para lelaki hendaknya lebih mengerti perempuan dan jadilah orang yang bisa melindungi dan mengayominya!

Lelaki dengan perangai menyayangi perempuannya akan terlihat lebih elegan, meski dengan tampilan fisik yang biasa aja atau bahkan dengan materi yang seadanya.Percayalah, tidak semua perempuan membutuhkan lelaki kaya, tampan dan mapan.

Karena, lelaki dengan modal kaya hanya akan mendapatkan perempuan dengan kebutuhan yang sama. Tuhan itu maha adil, kawan! Ketika kamu mempermainkan, maka kamu akan dipermainkan. Ketika kamu berniat berbuat jahat, maka kamulah yang akan dijahati. Karenanya, jangan bangga dan jangan terlalu yakin dengan apa yang kamu niatkan saat ini jika buruk.
Taoi yakinlah bahwa apa yang kamu lakukan akan membawa kebaikan, jika itu adalah niatan yang baik. Karena Tuhan selalu memberikan jalan terbaik, apalagi jika kita melakukannya hanya karena untuk kebaikan.

Dear perempuan perempuan yang baik hatinya, belajarlah untuk berlaku lemah lembut dan kurangi menuntut. Karena, ketika kita banyak menuntut, nantinya justru kita yang akan dituntut. Kalau kita menjalani hidup ini dengan ikhlas dan melakukan yang terbaik, maka alam semesta pun akan melakukan yang terbaik juga.

Kepada para lelaki, belajarlah juga menjadi tegas namun dengan kelembutan. Tunjukkan sikap wibawa dan jadilah panutan bagi perempuanmu. Menjadi pelindung dan juga rumah bagi wanitamu. Agar wanitamu juga menjadikannya rumah bagimu. Karena, kemanapun kalian pergi maka akan kembali ke rumah juga. Bukankah itu indah?

Learning by doing is amazing.
Just reminder for myself.



Mamuju Utara, 19 Januari 2018.
S Laila Syabaniyah