(masih) Soal Kerja.
Oleh : S Laila Sya'baniyah
Saya adalah seorang karyawati di salah satu perusahaan pembiayaan ternama di Indonesia, sebagai staf operasional. Mungkin ada yang paham bagaimana dengan load kerjanya. Berangkat jam 8 pulang jam sore, bahkan kadang bisa sampai malam. Masalah support memang jadi alasan utama mengapa kerjaan itu bisa sampai memakan waktu yang lama.
Waktu yang menyita sebagian hidup kita.
Ketika sampai rumah atau kos, tinggallah rasa lelah dan badan rasanya ingin beristirahat. Padahal harus membereskan barang-barang yang tampak berantakan itu. Orangtua, saudara, dan teman-teman sering menghubungi tapi saya sibuk. Giliran sudah selesai pekerjaan dan pulang, pengennya istirahat.
Teman-teman mulai bilang, kalau saya sombong dan tidak ada waktu untuk mereka. Kabar update di rumah pun mulai jarang di akses. Asal tahu orangtua sehat, saudara sehat, sudah syukur Alhamdulillah. Cukup seperti itu. Dalam hati ingin sekali berbincang lama dengan keluarga, dengan kerabat. Tapi waktu kerja selalu saja jadi masalah utama mengapa saya lebih cuek dengan mereka.
Sementara orangtua, yang melahirkan dan membesarkan sangat berharap saya berada di sampingnya atau setidaknya bisa mendengar setiap kali mereka bercerita tentang keseharian aktivitas di rumah.
Menukar waktu dengan uang.
Mungkin lebih tepatnya seperti itu. Waktu untuk bercengkrama dengan keluarga, waktu jalan-jalan, waktu berbelanja, bahkan kadang waktu istirahat pun saya tukar dengan lembaran-lembaran uang itu.
Terimakasih, perusahaan yang sudah memberikan saya kesempatan untuk belajar dan berkontribusi dengan baik. Terimakasih telah bersedia membeli tenaga dan pikiran saya yang sederhana ini.
Maaf, karena badan saya sesekali lemah mungkin karena istirahat yang saya gunakan untuk menambah support yang diminta itu. Support tuntutan. Waktu yang seharusnya saya gunakan untuk istirahat. Biarlah, itu tidak apa.
Namun, biarkan saya cuti untuk beberapa hari di waktu lebaran nanti bersama keluarga. Bukankah selama ini waktu saya engkau minta untukmu? Engkau memintaku untuk memberikan yang terbaik, dengan cara mencapai target dengan sempurna? Saya telah melakukannya bukan? Saya telah memberikan yang terbaik.
Saya tak ingin menukar waktu indah itu dengan uang lagi. Kebahagiaan bersama keluarga adalah hal yang tidak bisa dibeli. Biarkan saya menolak untuk pertukaran waktu dengan uang kali ini.
Bukankah ini permintaan kecil dibandingkan permintaanmu terhadap waktuku selama ini?
Mamuju Utara, 08 juni 2017