Kamis, 08 Juni 2017

Menukar Waktu dengan Uang

(masih) Soal Kerja.
Oleh : S Laila Sya'baniyah

Saya adalah seorang karyawati di salah satu perusahaan pembiayaan ternama di Indonesia, sebagai staf operasional. Mungkin ada yang paham bagaimana dengan load kerjanya. Berangkat jam 8 pulang jam sore, bahkan kadang bisa sampai malam. Masalah support memang jadi alasan utama mengapa kerjaan itu bisa sampai memakan waktu yang lama.
Waktu yang menyita sebagian hidup kita.

Ketika sampai rumah atau kos, tinggallah rasa lelah dan badan rasanya ingin beristirahat. Padahal harus membereskan barang-barang yang tampak berantakan itu. Orangtua, saudara, dan teman-teman sering menghubungi tapi saya sibuk. Giliran sudah selesai pekerjaan dan pulang, pengennya istirahat.

Teman-teman mulai bilang, kalau saya sombong dan tidak ada waktu untuk mereka. Kabar update di rumah pun mulai jarang di akses. Asal tahu orangtua sehat, saudara sehat, sudah syukur Alhamdulillah. Cukup seperti itu. Dalam hati ingin sekali berbincang lama dengan keluarga, dengan kerabat. Tapi waktu kerja selalu saja jadi masalah utama mengapa saya lebih cuek dengan mereka.

Sementara orangtua, yang melahirkan dan membesarkan sangat berharap saya berada di sampingnya atau setidaknya bisa mendengar setiap kali mereka bercerita tentang keseharian aktivitas di rumah.

Menukar waktu dengan uang.
Mungkin lebih tepatnya seperti itu. Waktu untuk bercengkrama dengan keluarga, waktu jalan-jalan, waktu berbelanja, bahkan kadang waktu istirahat pun saya tukar dengan lembaran-lembaran uang itu. 

Terimakasih, perusahaan yang sudah memberikan saya kesempatan untuk belajar dan berkontribusi dengan baik. Terimakasih telah bersedia membeli tenaga dan pikiran saya yang sederhana ini. 
Maaf, karena badan saya sesekali lemah mungkin karena istirahat yang saya gunakan untuk menambah support yang diminta itu. Support tuntutan. Waktu yang seharusnya saya gunakan untuk istirahat. Biarlah, itu tidak apa. 

Namun, biarkan saya cuti untuk beberapa hari di waktu lebaran nanti bersama keluarga. Bukankah selama ini waktu saya engkau minta untukmu? Engkau memintaku untuk memberikan yang terbaik, dengan cara mencapai target dengan sempurna? Saya telah melakukannya bukan? Saya telah memberikan yang terbaik.

Saya tak ingin menukar waktu indah itu dengan uang lagi. Kebahagiaan bersama keluarga adalah hal yang tidak bisa dibeli. Biarkan saya menolak untuk pertukaran waktu dengan uang kali ini.
Bukankah ini permintaan kecil dibandingkan permintaanmu terhadap waktuku selama ini?

Mamuju Utara, 08 juni 2017

Minggu, 04 Juni 2017

Takut Ditanya Nikah Pas Lebaran, Tips ini Cocok Hadapi Pertanyaan

Lebaran sebantar lagi, sudah pasti bakalan pada mudik kan? Ketemu keluarga besar dan teman lama. Rasanya pasti bahagia banget, bisa bertemu di momen yang setahun sekali. Akan banyak yang bisa diceritakan. Pengalaman selama berpisah dengan mereka dan menjalani hidup yang luar biasa di perantauan.

Dan bagi para jomblo sudah pasti akan dapat peetanyaan yang sama setiap kali bertemu.
"Kapan nikah?"
Aduh, pasti ini suka bikin kesal dong yah. Jadi ingat mantan, atau jadi merasa dipojokkan karena sampai detik ini belum ada tanda-tanda kedatangan jodoh. Aduuh...


Ehmmm tapi saya punya tips untuk menghadapi pertanyaan yang menyeramkan itu:

1. Berikan senyuman termanis yang kamu punya.
Mungkin mereka yang bertanya akan mengerti maksud kita bahwa hilal jodoh belum kelihatan. Atau mereka akan kebingungan dan penasaran dengan jawaban kita. Jangan sesekali marah atau terlihat marah jika pertanyaan itu muncul.

2. Beritahu kalau kamu belum siap
Biasanya orang yang bertanya itu belum tahu kondisi yang ada. Mereka hanya ingin tahu kenapa sampai saat ini kamu belum menikah, padahal kawan sejawat kamu semuanya sudah berkeluarga. Beritahu saja kalau menikah itu membutuhkan kesiapan lahir dan batin agar kelak tidak ada penyesalan dan bahtera rumah tangga bisa diarungi dengan lancar.

3. Tunjukkan persiapan kamu untuk menjemput jodoh
Kebutuhan finansial sebelum menikah tentu berbeda jika nanti sudah berkeluarga. Tentu tingkat kebutuhannya juga berbeda. Berikanlah pengertian seperti itu dan sampaikan bahwa kamu sedang mempersiapkan itu semua untuk masa depan.

4. Mintalah doanya agar dilancarkan
Ketika kita minta didoakan agar dilancarkan, maka yang bertanya akan semakin penasaran dan menganggap kita telah bersiap menuju pelaminan. Maka biarkan mereka beranggapan seperti itu dan bersikaplah cuek seperti biasa.

5. Berdoalah agar diberikan jodoh yang sholeh/sholehah
Berusaha saj tidak cukup.  Menghindari pertanyaan juga tidak bisa mendatangkan jodoh. Memang jodoh manusia sudah ada yang mengatur, hanya saja apa yang kita lakukan hari ini akan berdampak pada hasil nanti. Seperti halnya jodoh kita yang nanti akan kita temukan. Katanya, jodoh adalah cerminan diri kita dan kita pun harus memperbaiki diri agar jodoh kita juga nanti sudah menjadi baik.
Berdoalah agar dipertemukan secepatnya. Karena kapan pun itu, pasti adalah yang terbaik.



Jadi jangan takut lagi untuk menghadapi pertanyaan menyeramkan itu. Hadapi saja dengan happy.

S Laila Sya'baniyah
Mamuju utara, 04 juni 2017